Selasa, 11 November 2008

Anak Mlandingan timur Situbondo

JAWA TIMUR




Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa dan Samudera Hindia.
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.

Prasejarah
Jawa Timur telah dihuni manusia sejah zaman prasejarah, dimana kini dapat dibuktikan dengan ditemukannya sisa-sisa fosil Pithecantrhropus mojokertensis di Kepuhlagen-Mojokerto, Pithecanthropus erectus di Trinil-Ngawi, dan Homo wajakensis di Wajak-Tulungagung.

Era klasik
Prasasti Dinoyo yang ditemukan di dekat Kota Malang adalah sumber tertulis tertua di Jawa Timur, yakni bertahun 760. Pada tahun 929, Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, serta mendirikan Wangsa Isyana yang kelak berkembang menjadi Kerajaan Medang, dan sebagai suksesornya adalah Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Janggala, dan Kerajaan Kadiri. Pada masa Kerajaan Singhasari, Raja Kertanagara melakukan ekspansi hingga ke Melayu. Pada era Kerajaan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk, wilayahnya hingga mencapai Malaka dan Kepulauan Filipina.
Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam nisan di Gresik bertahun 1102, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.

Kolonialisme
Bangsa Portugis adalah bangsa barat yang pertama kali datang di Jawa Timur. Kapal Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Pulau Madura pada tahun 1596. Surabaya jatuh ke tangan VOC pada tanggal 13 Mei 1677. Ketika pemerintahan Stamford Raffles, Jawa Timur untuk pertama kalinya dibagi atas karesidenan, yang berlaku hingga tahun 1964.

Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi, dimana Jawa Timur adalah salah satu provinsi tersebut. Gubernur pertama Jawa Timur adalah R. Soerjo, yang juga dikenal sebagai pahlawan nasional.
Tanggal 20 Februari 1948 di Madura dibentuk Negara Madura, dan tanggal 26 November 1948 dibentuk Negara Jawa Timur, yang kemudian menjadi salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Jawa Timur dibubarkan dan bergabung ke dalam Republik Indonesia tanggal 25 Februari 1950, dan tanggal 7 Maret 1950 Negara Madura memberikan pernyataan serupa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950, dibentuk Provinsi Jawa Timur.

Geografi
Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 km. Lebar bentangan utara-selatan di bagian barat sekitar 200 km, namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar 60 km. Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 km sebelah utara Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang paling timur adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan terdapat dua pulau kecil: Nusa Barung dan Pulau Sempu.
Relief
Gunung Bromo, dengan latar belakang Gunung Semeru
Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam tiga zona: zona selatan (plato), zona tengah (gunung berapi), dan zona utara (lipatan). Dataran rendah dan dataran tinggi pada bagian tengah (dari Ngawi, Blitar, Malang, hingga Bondowoso) memiliki tanah yang cukup subur. Pada bagian utara (dari Bojonegoro, Tuban, Gresik, hingga Pulau Madura) terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng yang relatif tandus.
Pada bagian tengah terbentang rangkaian pegunungan berapi: Di perbatasan dengan Jawa Tengah terdapat Gunung Lawu (3.265 meter). Di sebelah selatan Nganjuk tedapat Gunung Wilis (2.169 meter) dan Gunung Liman (2.563 meter). Pada koridor tengah terdapat kelompok Anjasmoro dengan puncak-puncaknya Gunung Arjuno (3.239 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), Gunung Anjasmoro (2.277 meter), Gunung Wayang (2.198 meter), Gunung Kawi (2.681 meter), dan Gunung Kelud (1.731 meter); pegunungan tersebut terletak di sebagian Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Jombang. Kelompok Tengger memiliki puncak Gunung Bromo (2.192 meter) dan Gunung Semeru (3.676 meter). Semeru, atau kadang disebut Mahameru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Di daerah Tapal Kuda terdapat dua kelompok pegunungan: Pegunungan Iyang dengan puncaknya Gunung Argopuro (3.088 meter) dan Pegunungan Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.332 meter).
Pada bagian selatan terdapat rangkaian perbukitan, yakni dari pesisir pantai selatan Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, hingga Malang. Pegunungan Kapur Selatan merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Sewu di Yogyakarta.

Hidrografi
Dua sungai terpenting di Jawa Timur adalah Sungai Brantas (290 km) dan Bengawan Solo. Sungai Brantas memiiki mata air di daerah Malang. Sesampai di Mojokerto, Sungai Brantas pecah menjadi dua: Kali Mas dan Kali Porong; keduanya bermuara di Selat Madura. Bengawan Solo berasal dari Jawa Tengah, akhirnya bermuara di Gresik. Kedua sungai tersebut dikelola oleh PT Jasa Tirta.
Di lereng Gunung Lawu di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah terdapat Telaga Sarangan, sebuah danau alami. Bendungan utama di Jawa Timur antara lain Bendungan Sutami dan Bendungan Selorejo, yang digunakan untuk irigasi, pemeliharaan ikan, dan pariwisata.

Iklim
Jawa Timur memiliki iklim tropis basah. Dibandingkan dengan wilayah Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34°C. Suhu di daerah pegunungan lebih rendah, dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru), suhu bisa mencapai minus 4°C,yang menyebabkan turunnya salju lembut.

Penduduk
Jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2005 adalah 37.070.731 jiwa, dengan kepadatan 774 jiwa/km2. Kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kabupaten Malang, sedang kota dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Surabaya. Laju pertumbuhan penduduk adalah 0,59% per tahun (2004).
Suku bangsa
Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, etnisitas di Jawa Timur lebih heterogen. Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur daratan. Suku Madura mendiami di Pulau Madura dan daerah Tapal Kuda (Jawa Timur bagian timur), terutama di daerah pesisir utara dan selatan. Di sejumlah kawasan Tapal Kuda, Suku Madura bahkan merupakan mayoritas. Hampir di seluruh kota di Jawa Timur terdapat minoritas Suku Madura, umumnya mereka bekerja di sektor informal.
Suku Tengger, konon adalah keturunan pelarian Kerajaan Majapahit, tersebar di Pegunungan Tengger dan sekitarnya. Suku Osing tinggal di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Orang Samin tinggal di sebagian pedalaman Kabupaten Bojonegoro.
Selain penduduk asli, Jawa Timur juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup signifikan, diikuti dengan Arab; mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan. Suku Bali juga tinggal di sejumlah desa di Kabupaten Banyuwangi. Dewasa ini banyak ekspatriat tinggal di Jawa Timur, terutama di Surabaya dan sejumlah kawasan industri lainnya.

Bahasa
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun demikian Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar Suku Jawa. Bahasa Jawa yang dituturkan di Jawa Timur memiliki beberapa dialek/logat. Di daerah Mataraman (eks-Karesidenan Madiun dan Kediri), Bahasa Jawa yang dituturkan hampir sama dengan Bahasa Jawa Tengahan (Bahasa Jawa Solo-an). Di daerah pesisir utara bagian barat (Tuban dan Bojonegoro), dialek Bahasa Jawa yang dituturkan mirip dengan yang dituturkan di daerah Blora-Rembang di Jawa Tengah.
Dialek Bahasa Jawa di bagian tengah dan timur dikenal dengan Bahasa Jawa Timuran, yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa Dialek Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek Bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan Dialek Surabaya, hanya saja ada beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom, dan polisi diucapkan silup; ini dikenal sebagai Boso Walikan. Saat ini Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SLTA.
Bahasa Madura dituturkan oleh Suku Madura di Madura maupun dimanapun mereka tinggal. Bahasa Madura juga dikenal tingkatan bahasa seperti halnya Bahasa Jawa, yaitu enja-iya (bahasa kasar), engghi-enten (bahasa tengahan), dan engghi-bhunten (bahasa halus). Dialek Sumenep dipandang sebagai dialek yang paling halus, sehingga dijadikan bahasa standar yang diajarkan di sekolah. Di daerah Tapal Kuda, sebagian penduduk menuturkan dalam dua bahasa: Bahasa Jawa dan Bahasa Madura. Kawasan kepulauan di sebelah timur Pulau Madura menggunakan Bahasa Madura dengan dialek tersendiri, bahkan dalam beberapa hal tidak dimengerti oleh penutur Bahasa Madura di Pulau Madura (mutually unintellegible).
Suku Osing di Banyuwangi menuturkan Bahasa Osing. Bahasa Tengger, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Suku Tengger, dianggap lebih dekat dengan Bahasa Jawa Kuna.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya JTV memiliki program berita menggunakan Boso Suroboyoan, Bahasa Madura, dan Bahasa Jawa Tengahan.

Agama
Suku Jawa umumnya menganut agama Islam, sebagian menganut agama Kristen dan Katolik, dan ada pula yang menganut Hindu dan Buddha. Sebagian orang Jawa juga masih memegang teguh kepercayaan Kejawen. Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam. Sedangkan Suku Tengger menganut agama Hindu.
Orang Tionghoa umumnya menganut Konghucu, meski ada pula sebagian yang menganut Buddha, Kristen, dan Katolik; bahkan Masjid Cheng Ho di Surabaya dikelola oleh orang Tionghoa dan memiliki arsitektur layaknya kelenteng.

Seni dan budaya
Kesenian
Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.
Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi icon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan dan Angling Darma.
Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.

Budaya dan adat istiadat
Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasan ini.
Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakan daerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.
Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa: Surakarta dan Yogyakarta.
Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako’ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.

Arsitektur
Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo) umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo, bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak setangkep).
Masa kolonialisme Hindia-Belanda juga meninggalkan sejumlah bangunan kuno. Kota-kota di Jawa Timur banyak terdapat bangunan yang didirikan pada era kolonial, terutama di Surabaya dan Malang.

Pemerintahan dan Politik
Pemerintah Daerah
Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur adalah gubernur, yang dibantu oleh seorang wakil gubernur. Gubernur Jawa Timur saat ini adalah Imam Utomo. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada Langsung) untuk pertama kalinya akan diselenggarakan pada tahun 2008. Pemerintah Provinsi Jawa Timur terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 22 Dinas Daerah, 16 Badan, 3 Kantor, serta 5 Badan Rumah Sakit. Sementara dalam koordinasi wilayah, dibentuk 4 Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil): Bakorwil I Madiun, Bakorwil II Bojonegoro, Bakorwil III Malang, dan Bakorwil IV Pamekasan.

Pertahanan dan Keamanan
Jawa Timur merupakan wilayah Kodam V/Brawijaya, yang bermarkas di Surabaya. Kawasan Kostrad terdapat di Singosari (Malang) dan Kraton (Pasuruan). Surabaya merupakan Daerah Basis Armada Timur TNI-AL. Kawasan TNI-AU terdapat di Bandara Iswahyudi (Madiun), Bandara Abdurrahman Saleh (Malang), Satuan Radar (Jombang), serta di Raci (Pasuruan) dan di Punung (Pacitan). Kawasan Air Weapon Range TNI-AU terdapat di Pantai Pasirian (Lumajang). Bumi Marinir terdapat di Karangpilang (Surabaya). Daerah latihan militer antara lain terdapat di Gunung Bancak (Bangkalan), Gunung Majang Komplek (Jember), Teleng Gesingan (Pacitan), serta di Asembagus (Situbondo).
Polri Daerah Jawa Timur terdiri atas Kepolisian Wilayah: Polwiltabes Surabaya, Polwil Bojonegoro, Polwil Madiun, Polwil Kediri, Polwil Malang, Polwil Besuki, dan Polwil Madura.

Transportasi
Jawa Timur memiliki sistem transportasi darat, laut, dan udara. Sungai di Jawa Timur umumnya tidak dapat dilayari, kecuali di Surabaya dapat dilalui perahu kecil.
Transportasi darat
Jawa Timur dilintasi oleh jalan nasional sebagai jalan arteri primer, diantaranya jalur pantura (Anyer-Jakarta-Surabaya-Banyuwangi) dan jalan nasional lintas tengah (Jakarta-Bandung-Yogyakarta-Surabaya). Jaringan jalan tol di Jawa Timur meliputi jalan tol Surabaya-Gempol dan jalan tol Surabaya-Manyar. Saat ini tengah dikembangkan jalan tol trans-Jawa, diantaranya jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono-Ngawi-Mantingan, jalan tol Gempol-Malang-Kepanjen, jalan tol Gempol-Probolinggo-Banyuwangi, serta jalan tol dalam kota Surabaya: tol lingkar timur dan tol tengah kota. Jembatan Suramadu yang melintasi Selat Madura menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura kini juga telah dalam tahap pembangunan.
Kota-kota di Jawa Timur dihubungkan dengan jaringan bus antarkota. Bus dengan Surabaya-Tuban-Semarang, Surabaya-Madiun-Yogyakarta, Surabaya-Malang, Surabaya-Kediri, dan Surabaya-Jember-Banyuwangi, umumhya beroperasi selama 24 jam penuh. Rute dengan jarak menengah dilayani oleh bus antarkota yang berukuran lebih kecil, seperti jurusan Surabaya-Mojokerto atau Madiun-Ponorogo. Rute dengan jarak jauh seperti Jakarta, Sumatera, dan Bali-Lombok umumnya dilayani oleh bus malam. Terminal Purabaya di Waru, Sidoarjo adalah terminal terbesar di Indonesia.
Setiap kabupaten/kota di Jawa Timur juga memiliki sistem angkutan kota (angkot) atau angkutan perdesaan (angkudes) yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan daerah sekitarnya. Di Surabaya angkutan seperti ini dikenal dengan sebutan lyn atau bemo. Taksi dengan argometer dapat dijumpai di Surabaya-Gresik-Sidoarjo, Malang, dan Kediri. Sebagai alternatif taksi, di Surabaya terdapat angguna (angkutan serba guna), yang menggantikan helicak (di Jakarta disebut bajaj) sejak tahun 1990-an. Bus kota dapat dijumpai di Surabaya dan Jember. Becak adalah moda angkutan tradisional yang dapat dijumpai hampir di setiap wilayah, meski di sejumlah tempat dilarang beroperasi. Belakangan, terdapat becak bermesin yang dikenal dengan sebutan bentor (becak bermotor).

Kereta api
Sistem perkeretaapian di Jawa Timur telah dibangun sejak era kolonialisme Hindia-Belanda. Jalur kereta api di Jawa Timur terdiri atas jalur utara (Surabaya Pasar Turi-Semarang-Jakarta), jalur tengah (Surabaya Gubeng-Yogyakarta-Jakarta), jalur lingkar selatan (Surabaya Gubeng-Malang-Blitar-Kertosono-Surabaya), dan jalur timur (Surabaya Gubeng-Jember-Banyuwangi). Jawa Timur juga terdapat sistem transportasi kereta komuter dengan rute Surabaya-Sidoarjo-Porong, Surabaya-Lamongan, Surabaya-Mojokerto, dan Malang-Kepanjen.

Transportasi laut
Pelabuhan Internasional Hub Tanjung Perak adalah pelabuhan utama yang berada di Surabaya. Pelabuhan berskala nasional di Jawa Timur meliputi Pelabuhan Gresik di Kabupaten Gresik, Pelabuhan Tanjung Wangi di Kabupaten Banyuwangi, Pelabuhan Tanjung Tembaga di Kota Probolinggo, Pelabuhan Pasuruan di Kota Pasuruan, Pelabuhan Sapudi di Kabupaten Sumenep, Pelabuhan Kalbut di Kabupaten Situbondo, Pelabuhan Sapeken di Kabupaten Sumenep, Pelabuhan Paiton di Kabupaten Probolinggo, Pelabuhan Bawean di Kabupaten Gresik, serta Pelabuhan Kangean di Kabupaten Sumenep
Jawa Timur memiliki sejumlah pelabuhan penyeberangan, diantaranya Ujung-Kamal (menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura) dan Pelabuhan Ketapang (menghubungan Banyuwangi dengan Gilimanuk, Bali), Pelabuhan Kalianget (menghubungkan Madura dengan kepulauan), serta Pelabuhan Jangkar di Situbondo.

Transportasi udara
Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo menghubungkan Jawa Timur dengan kota-kota besar di Indonesia dan luar negeri. Bandara umum lainnya adalah Bandara Abdul Rahman Saleh di Kabupaten Malang, Bandara Noto Hadinegoro di Kabupaten Jember, Bandara di Kabupaten Banyuwangi, serta Bandara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep.
Perekonomian
Perindustrian
Jawa Timur memiliki sejumlah industri besar, diantaranya galangan pembuatan kapal terbesar di Indonesia PT PAL di Surabaya, industri kereta api PT INKA di Madiun, pabrik kertas (PT Tjiwi Kimia di Tarik-Sidoarjo, PT Leces di Probolinggo), pabrik rokok (Gudang Garam di Kediri, Sampoerna di Surabaya dan Pasuruan, serta Bentoel di Malang). Di Gresik terdapat Semen Gresik dan Petrokimia. Pemerintah telah menetapkan 12 kawaan industri estate, diantaranya Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) di Surabaya, Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di Kabupaten Pasuruan, Ngoro Industrial Park (NIP) di Kabupaten Mojokerto, Kawasan Industri Jabon di Kabupaten Sidoarjo, serta Lamongan Integrated Shorebase (LIS) di Kabupaten Lamongan. Sentra industri kecil tersebar di seluruh kabupaten/kota, dan beberapa diantaranya telah menembus ekspor; Industri kerajinan kulit berupa tas dan sepatu di Tanggulangin, Sidoarjo adalah salah satu industri kecil yang sangat terkenal.

Pertambangan dan energi
Blok Cepu, salah satu penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia, ditambang di Bojonegoro. Pembangkit listrik di Jawa Timur dikelola oleh PT PJB, dimana meliputi PLTA, PLTU, dan PLTGU, yang menyediakan energi listrik ke sistem Jawa-Bali. Beberapa daerah menikmati pembangkit energi mikrohidro dan energi surya.

Sosial
Pendidikan
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah perguruan tinggi negeri terbanyak di Indonesia. Di Surabaya terdapat Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa; dahulu IKIP Surabaya), dan IAIN Sunan Ampel. Di Malang terdapat Universitas Brawijaya (Unibraw), Universitas Negeri Malang (UM), dan Universitas Islam Negeri (UIN). Di Jember terdapat Universitas Jember. Perguruan tinggi negeri termuda di Jawa Timur adalah Universitas Trunojoyo, yang terdapat di Kabupaten Bangkalan. Untuk perguruan tinggi kedinasan, di Surabaya terdapat Akademi Angkatan Laut (AAL), dan di Malang terdapat Sekolan Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Malang dikenal dengan sebutan Kota Pelajar, karena banyaknya perguruan tinggi di kota ini. Perguruan tinggi swasta terkemuka di Jawa Timur antara lain Universitas Kristen Petra dan Universitas Surabaya di Surabaya, serta Universitas Muhammadiyah dan Universitas Merdeka di Malang.
Jawa Timur juga dikenal sebagai provinsi yang memiliki sejumlah pondok pesantren ternama. Sedikitnya terdapat 1.500 pondok pesantren yang menyebar di hampir semua kabupaten. Pondok pesantren Gontor adalah sebuah pondok pesantren (ponpes) modern yang terdapat di Ponorogo. Kabupaten Jombang dikenal sebagai kota santri, karena memiliki pondok pesantren yang cukup banyak, diantaranya Ponpes Tebuireng dan Ponpes Darul Ulum.

Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.Soetomo di Surabaya dikenal sebagai rumah sakit terlengkap di Jawa Timur dan Kawasan Timur Indonesia. Rumah sakit ternama lainnya adalah Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Internasional di Surabaya, Rumah Sakit Dr. Syaiful Anwar (RSSA) di Malang, Rumah Sakit Dr. Sardono di Madiun, serta Rumah Sakit Jiwa Menur di Surabaya.

Pariwisata
Jawa Timur memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu icon wisata Jawa Timur adalah Gunung Bromo, yang dihuni oleh Suku Tengger, dimana setiap tahun diselenggarakan upacara Kasada. Daerah pegunungan Malang dan Batu dikenal sebagai kawasan wisata alami yang banyak terdapat tempat peristirahatan, seperti daerah “Puncak” di Jawa Barat. Demikian pula daerah pegunungan di perbatasan Pasuruan-Mojokerto, seperti Prigen, Tretes, dan Trawas. Wisata alam lainnya di Jawa Timur adalah Taman Nasional (4 dari 12 Taman Nasional di Jawa), Kebun Raya Purwodadi di Purwodadi, Pasuruan, dan Taman Safari Indonesia II di Prigen.
Jawa Timur juga terdapat peninggalan sejarah pada era klasik. Situs Trowulan di Kabupaten Mojokerto, dulunya merupakan pusat Kerajaan Majapahit, terdapat belasan candi dan makam raja-raja Majapahit. Candi-candi lainnya menyebar di hampir seluruh wilayah Jawa Timur, diantaranya Candi Penataran di Blitar. Di Madura, Sumenep merupakan pusat kerajaan Madura, dimana terdapat keraton, museum, dan makam raja-raja Madura (Asta Tinggi).
Jawa Timur dikenal memiliki panorama pantai yang sangat indah. Di pantai selatan terdapat Pantai Prigi di Trenggalek, Pantai Popoh di Tulungagung, Pantai Ngliyep di Malang, dan Pantai Watu Ulo di Jember. Di pantai utara terdapat Pantai Tanjung Kodok di Lamongan, Pantai Kenjeran di Surabaya, dan Pantai Pasir Putih di Situbondo. Danau di Jawa Timur antara lain Telaga Sarangan di Magetan, Bendungan Sutami di Blitar, dan Bendungan Selorejo di Malang.
Kawasan pesisir utara terdapat sejumlah makam para wali, yang menjadi wisata religi para peziarah bagi umat Islam. Lima dari sembilan walisongo dimakamkan di Jawa Timur: Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Sunan Drajat di Paciran (Lamongan), dan Sunan Bonang di Tuban. Di kawasan pesisir utara ini juga terdapat gua-gua yang menarik: Gua Maharani di Lamongan dan Gua Akbar di Tuban. Makam proklamator Soekarno terdapat di Kota Blitar.
Surabaya merupakan pusat pemerintahan dan pusat bisnis Jawa Timur, dimana terdapat Tugu Pahlawan, Museum Mpu Tantular, Kebun Binatang Surabaya, Monumen Kapal Selam, Ampel Denta, Tunjungan, dan Kya-Kya. Jatim Park di Batu dan Wisata Bahari Lamongan merupakan miniatur Jawa Timur, yang juga merupakan wisata edukasi.

Olahraga
Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah klub sepakbola profesional terbanyak di Indonesia. Klub Divisi Utama Liga Indonesia termasuk Persik Kediri, Persema Malang, Arema Malang, Persekabpas Pasuruan, Deltras Sidoarjo, Persela Lamongan, dan Persebaya Surabaya.
Jawa Timur pernah dua kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON), yakni PON VII tahun 1969 dan PON XV tahun 2000.

Kota-kota
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur, hirarki perkotaan di Jawa Timur terdiri atas perkotaan metropolitan, perkotaan menengah, dan perkotaan kecil.
· Perkotaan metropolitan meliputi Perkotaan Surabaya Metropolitan Area (Kota Surabaya, perkotaan Sidoarjo dan sekitarnya, perkotaan Gresik dan sekitarnya, serta perkotaan Bangkalan dan sekitarnya) dan Perkotaan Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan perkotaan Kepanjen dan sekitarnya).
· Perkotaan menengah terdiri atas: Perkotaan Tuban, Perkotaan Lamongan, Perkotaan Jombang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Perkotaan Bojonegoro, Kota Madiun, Kota Kediri, Perkotaan Jember, Perkotaan Banyuwangi, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Perkotaan Pamekasan dan Kota Batu.
· Perkotaan Kecil terdiri atas: Perkotaan Sampang, perkotaan Sumenep, Perkotaan Ngawi, Perkotaan Magetan, Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Bondowoso, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Pacitan, Perkotaan Lumajang, Perkotaan Kepanjen dan Perkotaan Caruban.

Kawasan lindung
Kawasan suaka alam
Kawasan suaka alam meliputi cagar alam dan suaka margasatwa. Saat ini Jawa Timur terdapat 17 cagar alam dam 2 suaka margasatwa. Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Iyang terdapat di Bondowoso, Probolinggo, dan Jember. Sementara Suaka Margasatwa Pulau Bawean berada di Pulau Bawean.

Kawasan pelestarian alam
Kawasan pelestarian alam meliputi taman nasional, taman hutan raya (tahura), dan taman wisata alam.
· Kawasan taman nasional meliputi:
o Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan,
o Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.
o Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo.
o Taman Nasional Meru Betiri di Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
o Taman Nasional Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi.
o Taman Nasional laut Sepanjang dan Saobi di Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep.
· Kawasan hutan raya yaitu Taman Hutan Raya R. Soerjo yang berada di sebagian wilayah Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang.
· Taman wisata alam, meliputi Taman Wisata Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso; serta Taman Wisata Tretes di Gunung Baung, di Kabupaten Pasuruan.

Makanan khas
Makanan khas Jawa Timur diantaranya adalah rawon dan rujak petis. Surabaya terkenal akan rujak cingur, semanggi, lontong balap, sate kerang, dan lontong kupang. Kediri terkenal akan tahu takwa, tahu pong, dan getuk pisang. Madiun dikenal sebagai penghasil brem dan nasi pecel. Kecamatan Babat, Lamongan terkenal akan wingko babat nya. Malang dikenal sebagai penghasil keripik tempe. Bondowoso merupakan penghasil tape yang sangat manis. Sidoarjo terkenal akan kerupuk udang dan petisnya.
Jagung dikenal sebagai salah satu makanan pokok orang Madura, sementara ubi kayu yang diolah menjadi gaplek dahulu merupakan makanan pokok sebagian penduduk di Pacitan dan Trenggalek.
deidi NOER deidi pasput di 23:30 0 komentar
Arti Lambang LOGO SITUBONDO

Arti Lambang LOGO SITUBONDO




Arti Logo

1. Bentuk Lambang Perisai berarti melambangkan pertahanan daerah dan segala marabahaya yang datang dan manapunjuga;

2. Bintang berarti syi'ar Ketuhanan YME yang melambangkan keagungan Tuhan pencipta alam semesta sebagai dasar moral umat beragama masyarakat Situbondo;

3. Gunung dan Langit Putih Menjulang Tinggi berarti melambangkan cita-cita masyarakat Situbondo dengan keteguhan iman dan kesucian hati;

4. Sawah dan Daerah Warna Kuning Emas berarti melambangkan kemakmuran daerah agraris di daerah Situbondo;

5. Laut Biru dan Perahu Layar berarti melambangkan kekayaan laut , daerah pantai, pelabuhan dan paniwisata di daerah Situbondo;

6. Batu Merah bersusun 5 berarti melambangkan kekokohan Dasar Negara Pancasila sebagai dasar moral masyarakat Situbondo dalam menuju keadilan dan kemakrnuran;

7. Butir Padi 17 buah, Kapas 8 buah, Rantai 4 buah, Roda Bergigi 5 buah berarti melambangkan semangat Prokiamasi 17 Agustus 1945 untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di daerah Situbondo;
8. Pita Putih bertuliskan Kabupaten Situbondo berarti menunjukkan bahwa lambang dalam gambar adalah Daerah Kabupaten Situbondo.

Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102


deidi NOER deidi pasput di 09:11 0 komentar
Jumat, 2008 April 04
REHABILITASI BANGUNAN DAM SELUIS



REHABILITASI BANGUNAN DAM SELUIS



Kota Situbondo yang menjadi Kota Kabupaten SItubondo dialiri oleh sebuah sungai yang berhulu di wilayah Ketinggian (dataran tinggi Bondowoso). Sesampai dikota Situbondo, sungai utama tersebut terpecah menjadi beberapa anak sungai, yang mengarah ke wilayah yang tersebar ke wilayah utara, timur dan barat. Anak-anak sungai ini membelah Situbondo (sebagai kota kabupaten).
Aliran sungai ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Situbondo. Pengaruh yang paling dirasakan adalah ketika terjadi peningkatan debit air hingga berpuluh-puluh kali bahkan ratusan kali dari kondisi paling asat (surut). Debit air yang sangat besar karena peningkatan curah hujan di wilayah hulu mengakibatkan keadaan sungai meluap, karena sungai tidak mampu menandon (menampung) sekian besar jumlah air dalam waktu-waktu tertentu.
Masalah ini adalah masalah yang tercatat dalam sejarah merupakan problem 8 tahunan, demikian kira-kira. Ditahun 94 pernah terjadi, kemudian tahun 2002 juga pernah terjadi sekarang tahun 2008.
Sebetulnya ini memang masalah masyarakat Situbondo secara umum.
Saluran irigasi yang sekarang terbangun dan kemudian ternyata tidak sanggup menampung debit air yang cukup besar tersebut ternyata adalah bangunan kuno. Pintu air Seluis (demikian kalangan orang kebanyakan menyebut) adalah merupakan pintu air yang dibangun Bangsa Belanda untuk saluran irigasi pada proyek-proyek pabrik gula dan perkebunan lainnya di masa Pemerintahan Hindia Belanda dahulu. Bangunan ini dipertahankan hingga sekarang.
Sebagai warga Situbondo, saya tidak melihat dan tidak pernah menyaksikan adanya perubahan mendasar terhadap bangunan tersebut, kecuali beberapa bagian kecil - yang tidak menjawab kemampuan bangunan untuk menghadapi peningkatan jumlah debit air yang semakin besar. Perubahan-perubahan yang ada hanyalah untuk memperbaiki alat pintu air yang rusak ataupun penambahan-penambahan yang tidak prinsip lainnya.
Keadaan iklim regional karena pengaruh iklim global menyebutkan bahwa curah hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, dan terik sinar matahari sangat fluktuatif, dan mengarah pada peningkatan intensitas. Artinya kalau dulu kemarau panasnya cuma bikin keringat mengucur, sekarang bukan cuma itu - lebih dari itu. Kalau dulu musim hujan sehari hujan besok tidak dan demikian seterusnya, sekarang tidak - malah berhari-hari hujan, sehari tidak.
Maka, apapun keadaan ini adalah suatu fenomena yang menjadi pijakan bagi pengentasan masalah saluran irigasi yang ada dan mengalami kejadian fatal. Seharusnya, keadaan ini adalah suatu problema yang dapat diatasi dengan Pemecahan yang runtut, sistematis, dan efisien.
Saya sangat senang bila kita terbuka saja dalam membicarakan keadaan dan potensi debit air yang demikian itu.
Bukankah masalahnya adalah :
1. Jumlah dan debit air yang sangat besar pada masa-masa tertentu.
2. Daya tampung sungai yang sempit, tidak dalam, dan belum ada sistem penahan yang cukup baik.
3. Keadaan tanggul yang sudah kuno.
4. Peta wilayah aliran sungai dan agrogeografis yang sudah beralih fungsi sebagai wilayah penampungan warga.
Demikian hal itu menjadi pemikiran saya, bahwa memang kita harus segera meluruskan pendapat kita tentang sungai dan aliran air yang membelah kota Situbondo saya yang tercinta.
Ada baiknya kita melihat saja keadaan yang baik dan menjadi contoh bagi kita, seperti :
Kanal-kanal sungai yang membelah Amsterdam,
Kanal-kanal sungai bangsa Italia,
kanal-kanal sungai bangsa Mesir.
Saya ingin tahu hal-hal itu akan merupakan solusi atau tidak, karena sebetulnya masalah peningkatan debit air dalam masa tertentu itu sangat mudah dijawabnya. Bahkan setiap orang yang ditanya, kalau airnya yang dituang banyak - penampung yang mana yang anda pilih ? cangkir atau timba ?. Tentu mereka menjawab, TIMBA.
Jawaban TIMBA itu bila kita konversi pada masalah banjir di kota Situbondo adalah =
1. Peningkatan daya tampung sungai
2. Pengurangan debit air yang dialirkan dari hulu.
Tergantung pada debit air yang ditengarai akan berlipat pada masa-masa tertentu. Bila debit air adalah 10 kali lipat, maka pengurangan debit air di hulu adalah 10 kali lipat juga. Demikian juga maka, peningkatan daya tampung sungai adalah melebihi 10 kali lipat pula.
Dua hal ini bila dilakukan dengan saling sinergi dan berhubungan, maka alternatif yang dilakukan adalah =
1. Pembangunan bendungan di wilayah hulu. Pembangunan bendungan di wilayah hulu akan menjadi solusi untuk menahan debit air yang besar untuk mengurangi kekuatan air bah ke wilayah kota Situbondo. Bendungan yang bisa kita contoh adalah Bendungan Sutami di Blitar yang menahan debit air dari pegunungan di wilayah selatan menuju aliran air ke arah kota Malang.
2. Pembangunan kanal yang dalam, lebar dan kuat. Lebar dan dalam kanal diukur berdasarkan debit air yang diperkirakan akan meningkat. Tentu, merupakan ukuran lebar dan kedalaman sungai yang sekarang sudah ada dan terbangun. Hal ini nantinya juga harus dibantu dengan penguatan bantaran sungai dengan bangunan yang kuat. Ya, seluruh kanal di Situbondo akan dibangun bantaran yang kuat, tidak boleh ada tawar menawar lagi. (Semen dan pasir adalah 2:1).
3. Pembangunan kanal-kanal baru. Pembangunan kanal-kanal baru adalah pilihan dari upaya menampung peningkatan debit air. Kanal-kanal yang mungkin dibangun berhulu pada sungai-sungai utama yang ada. Kanal-kanal ini kemudian dipecah ke dalam sungai-sungai kecil di dalam kota dan di luar kota. Demikian, barangkali kita bisa membuka diskusi tentang hal ini.



Sumber :

KHAIRDIN
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102
deidi NOER deidi pasput di 22:21 0 komentar
Kamis, 2008 April 03
Air Terjun Setancak



AIR TERJUN SETANCAK




Air terjun ini berada di desa Mojosari, kecamatan Asembagus, Situbondo.Dengan lama perjalanan kurang lebih 3 - 4 jam dari pusat kota. Nama air terjun Setancak diambil dari kata daerah setempat yaitu kata “Tancak “ ( dalam bahasa Madura ) yang artinya adalah air yang memancar.


Hal ini menggambarkan asal muasal terbentuknya air terjun Setancak yang keluar dari dalam tanah yang keluar tiba-tiba. Air terjun Setancak memiliki ketinggian ± 8 m dan lebar mencapai 10 m, jadi tidak mengherankan apabila air terjun Setancak memiliki debit alir 80 liter / detik.


Untuk mencapai obyek wisata ini Anda harus melakukan perjalanan sejauh 5 km dengan kendaraan roda empat, 3 km dengan kendaraan roda dua, dan sekitar ± 2 km berjalan kaki. Jadi bagi Anda yang menyukai wisata jalan kaki, obyek ini merupakan pilihan tepat.


Selain pemandangan air terjun, ditempat ini, Anda akan disuguhi dengan pemandangan menarik lainnya, yaitu populasi burung Walet disamping air terjun. Konon air terjun Setancak ini merupakan tempat pemandian burung-burung Walet itu.


Kejadian menarik ini dapat Anda saksikan pada pukul 06.00 WIB ( pagi ) dan pada pukul 17.00 WIB ( 5 sore )hari.



Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102
deidi NOER deidi pasput di 00:47 0 komentar
Kawasan Wisata Gunung Ijen


KAWASAN WISATA GUNUNG IJEN
(Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo)



Kawasan Kawah Ijen terletak ditengah cagar alam Kawah Ijen pada jalur jalan dari paltuding sampai sekitar Kawah/kaldera, ditetapkan sebagai taman wisata Kawah Ijen sesuai dengan SK. Menteri Pertanian No. 1017/Kpts/Um/12/1981, tanggal 10 November 1981 dengan luas kawan 92 ha.
Daerah Gunung Ijen terdapat di tiga kabupaten yaitu Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo. Pemukiman penduduk yang paling atas dan dekat dengan Gunung Kawah Ijen adalah desa Kali Anyar, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso. Dahulu desa Kali Anyar ini termasuk dalam Kecamatan Klabang, namun mulai Januari 2001 dimasukkan dalam kecamatan Sempol. Berdasarkan data tahun 2001 (BPPTK), penduduk Desa Kali Anyar berjumlah 5.065 jiwa yang tersebar di 9 dusun yaitu : Plalangan, Blawan, K. Sengon, K. Gedang, Ler Penang, Sumberejo, G. Blau, Watu Capil dan Curah Macam.Sementara pemukiman penduduk di Banyuwangi yang dekat dengan Gunung Ijen adalah daerah sepanjang aliran Kali Bendo dan Kali Mailang. Dan pemukiman penduduk Kabupaten Situbondo adalah terletak di sepanjang aliran Kali Banyuputih antara lain kecamatan Banyuputih dan Asem Bagus.
Potensi Wisata Kawah IjenTipe EkosistemSesuai dengan tipe vegetasi Kawasan Taman Wisata Kawah Ijen mempunyai tipe ekosistem hutan. Hutan tropika basah dataran tinggi.
Flora dan FaunaFlora dominan yang terdapat dilereng gunung adalah cemara gunung (casuarina junghuhniana), sedangkan yang banyak ditemukan di sekitar bibir kawah adalah Mentigi (vaccinium varingiaefolia) dan Edelwiss (anaphalis sp).Tumbuhan lain Diantaranya Jamuju (podocarpus inbricatus) dan pasang (lithocarpus sp).Fauna di Taman Wisata Kawah Ijen sangat terbatas, diantaranya beberapa jenis burung pegunungan, Landak (hystrix brachyura javanica), dan kijang (muntiacus muntjak) dapat dijumpai di sekitar paltuding.
PanoramaPanorama yang indah dapat dinikmati di puncak Kawah Ijen berupa pemandangan alam di sekitar kawah, pemandangan kearah kota Bondowoso sambil menikmati udara yang sangat dingin yaitu rata-rata 2 Celcius - 18 Celcius.
Keunikan/Kekhasan Kawah dengan danau bewarna kehijauan berkombinasi dengan dinding kawah berwarna abu-abu dan kuning keemasan serta hitam, merupakan kekhas-an/keunikan tersendiri.Disalah satu sisi kawah terdapat sumber gas belerang yang masih aktif mengeluarkan belerang melalui dinding tepi kawah.AtraksiYaitu kita bisa melihat keluarnya belerang dari sisi kawah. Untuk melihat ini harus turun ke tepi bawah kawah melalui jalan setapak yang terjal. Sekitar bulan Agustus-September kita bisa melihat mekarnya bunga Edelwiss. Disamping itu juga dapat melihat aktifitas penambangan belerang di Kawah Ijen oleh penduduk sekitar.FasilitasFasilitas untuk pengunjung Kawasan Taman Wisata Kawah Ijen yang ada diantaranya Pondok Wisata/penginapan dan Shelter.







Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102
deidi NOER deidi pasput di 00:20 0 komentar
Rabu, 2008 April 02
Seni Atraksi Kuda Kicak


SENI ATRAKSI KUDA KICAK




Gelar Selamatan Hingga Baca Mantra KhususMeski mulai langka, atraksi kuda kicak masih bisa dijumpai di Situbondo. Kadang pada acara khitanan, pesta perkawinan, dan sebagainya. Tontonan yang menampilkan kemahiran atraksi kuda ini memang cukup mengasyikkan. Binatang berkaki empat itu ternyata juga bisa memberi hormat, bersimpuh, hingga berjoget.
Butuh keahlian khusus untuk bisa melatih seekor kuda. Bukan hanya sekadar dijinakkan saja, tapi juga membuat kuda seolah mengerti dengan perintah sang pawang. Di Situbondo, kemahiran melatih kuda kicak kini semakin langka. Tak banyak generasi muda yang tertarik menggeluti tradisi ini. Entah karena pengaruh zaman atau memang karena tingkat kesulitannya yang cukup menantang. Tidak heran, pawang kuda kicak yang bertahan pun kini sangat terbatas.

Salah satunya, adalah Sahri, warga Dusun Gedang, Desa Pesanggarahan, Kecamatan Jangkar. Hingga kini, pria 40 tahun itu memiliki dua ekor kuda kicak berkelamin jantan. Yang satu diberi nama Kancil Muda, satunya lagi berjuluk Bintang Timur. Saat ini, usia Kancil Muda sudah berjalan tiga tahunan, sementara Bintang Timur sudah memasuki usia 9 tahun. Dua ekor kuda itu dipelihara Sahri mulai sejak kecil. Bintang Timur dibelinya seharga Rp 9 juta, sedangkan Kancil Muda Rp 4 juta.

Wartawan koran ini menyempatkan bermain ke rumah Sahri di Desa Pesanggarahan, Jangkar. Saat memasuki halaman rumahnya, sayup-sayup sudah terdengar bunyi cambuk. Begitu didekati, ternyata Sahri sedang melatih dua ekor kudanya. Digiringnya kuda itu ke halaman rumah, secara bergantian. Setelah kuda yang satu memeragakan sejumlah atraksinya, giliran kuda satunya lagi melakukan hal serupa. “Kalau tidak ada job, ya begini ini. Kami terus melatihnya agar semakin lincah. Sekalian untuk pemanasan,” kata Sahri mengawali percakapannya dengan koran ini.

Tidak mudah melatih kuda kicak agar mahir melakukan atraksi. Sejak awal melatih dua ekor kudanya dulu, Sahri butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa membuat kedua kudanya atraktif. Mulai gerakan memberi hormat dengan mengangkat kedua kaki depannya, lalu ditempelkan menjadi satu. Ada juga atraksi berjoget dengan kepala manggut-manggut. Hingga gerakan berputar dengan kaki belakang bersimpuh dan seabrek gerakan atraktif lainnya.

Untuk bisa membuat dua ekor kudanya itu jinak dan penurut, dibutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Disamping, menunjukkan rasa sayang yang cukup. Bukan hanya dengan rutin memberinya makan dan minum saja. Hampir tiap malam, Sahri juga harus meluangkan waktunya untuk datang ke kandang kudanya. Selama di kandang itu, Sahri biasanya selalu mengelus-elus tubuh dua ekor kudanya, sebagai wujud rasa sayangnya. “Kuda itu mengerti kok. Kalau disayang, dia juga akan menyayangi pemiliknya,” ujarnya.

Sementara kemahiran atraksi, dua ekor kuda itu rutin dilatih setiap hari. Dengan berbekal tetabuhan, awalnya Sahri membantu kudanya untuk menggerakkan tubuhnya seperti yang dia kehendaki. Kapan harus mengangkat kaki, kapan harus bersimpuh dan kapan harus berjoget. Semua gerakan itu selalu ditandai dengan caranya menggerak-gerakkan cambuk. “Kalau cambuk saya gerakkan begini, maka dia harus begini, dan seterusnya,” paparnya.

Namun, bukan hanya dengan latihan saja untuk membuat seekor kuda bisa melakukan atraksi. Menurut Sahri, ada ritual khusus yang harus dilakukan seorang pawang kuda kicak. Ditegaskan, sebelum memulai latihan dirinya harus menggelar selamatan. Selamatan dimaksud di antaranya untuk mendoakan kudanya akan nurut dan patuh. Disamping, untuk memasukkan mantra khusus ke dalam cambuk. Karena itu, papar Sahri, satu cambuk biasanya hanya khusus untuk mengomando seekor kuda. “Cambuknya tidak boleh ganti-ganti. Satu kuda harus satu cambuk,” tandas Sahri.


Hampir tujuh tahun lamanya Sahri menghabiskan waktunya sebagai pawang kuda kicak. Profesi itu disebutnya sebagai profesi turunan dari bapaknya dulu. Tidak heran, jika kemahiran Sahri itu kini juga mulai turun kepada putranya, Koko Irawan. Remaja 20 tahun itu juga sudah beranjak pintar melatih kuda kicak. Ditanya tentang job, Sahri mengakui jika belakangan ini job kuda kicak mulai menurun. Biasanya, kuda kicak itu diundang untuk menghibur acara khitanan, pesta perkawinan, dan undangan lainnya.
Untuk satu kali beratraksi, bandrol hiburan kuda kicak ini dipatok Rp 500 ribu per ekor. Biaya sebesar itu, sebenarnya terbilang pas-pasan dengan biaya latih dan memelihara kuda kicak. Belum lagi, belanja pernak-pernik untuk hiasan si kuda kicak. “Tapi kami ini ingin melanggengkan tradisi orang tua. Makanya, sampai sekarang kami masih terus bertahan,” pungkasnya. (aif)
Sumber :
TIKMD (Teknologi Informasi Masyarakat Desa)
TELECENTER PASIR PUTIH
Jalan Raya Pasir Putih
Kecamatan Bungatan
Telp. 0338-39102
deidi NOER deidi pasput di 23:07 0 komentar
Informasi Hotel dan Restoran

Informasi Mengenai HOTEL dan RESTORAN
yang Bisa Anda Kunjungi
di Kabupaten Situbondo :
HOTEL
ROSA'S ECOLODGE
JL.Baluran, Ds.Sidomulyo
Kec. Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 453005
Fax. 0338 - 453191
HOTEL MUTIARA
JL. Raya pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 671206
HOTEL PASAGRO
JL.Raya Kapongan
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 673046
HOTEL PURNAMA
JL.Raya Banyuglugur
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 891290
HOTEL ASRI
JL.Raya Wringin Anom
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 672290
FORESTA GUEST HOUSE
JL. Raya Pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390060
HOTEL SARWORINI
JL.WR.SupratmanSitubondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 671405
SIDO MUNCUL
JL.Raya Pasir Putih No.87
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390252, 390320
Fax. 0338 - 390340
HOTEL SAN SUI
JL.Raya Pasir Putih Ds.Klatakan
Kec. Kendit, Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338-675432, 675989, 672194 Fax. 0338-673757
HOTEL PASIR PUTIH
JL.Raya Pasir Putih Kec. Bungatan
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390083
HOTEL ROSALI
JL.PB.Sudirman
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 676323
HOTEL RAMAYANA
JL.Sepudi (depan komplek Pasar Mimbaan)
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 671663
HOTEL MOGASARI
Jl. Seroja
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 671170
HOTEL SITUBONDO
JL.PB. Sudirman
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 671213
HOTEL BHAYANGKARA
JL.Raya Pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390083


RESTORAN
BATARIZ HQQ
Toko Pusat Oleh-oleh
JL.PB.Sudirman 45
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 671361
RESTORAN PAPIN CHARITA
JL. Raya pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
RESTORAN PAPIN ZAHITA
JL.Raya Pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390022
RESTORAN CHURIEN
JL.Raya Pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390087
RESTORAN PURITAMA
JL.Raya Pasir Putih
Situbondo, Jawa Timur
RESTORAN KURNIA
JL. A.Yani
Situbondo, Jawa Timur
RESTORAN RESTU
JL.Raya Karang Asem
Situbondo, Jawa Timur
SIDO MUNCUL (CAFE RENGGANIS)
JL.Raya Pasir Putih No.87
Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 390252, 390320
Fax. 0338 - 390340
RESTORAN SAN SUI
JL.Raya Pasir Putih Ds.Klatakan
Kec. Kendit, Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338-675432, 675989, 672194Fax. 0338-673757
RESTORAN ORIENTAL
JL.Raya Pasir Putih Kec. Bungatan
Situbondo, Jawa Timur
RESTORAN ANUGERAH
JL.Basuki Rahmat
Situbondo, Jawa TimurTelp. 0338 - 672252
RESTORAN MALANG
JL.Basuki Rahmat
Situbondo, Jawa Timur
ROSA'S ECOLODGE MAIN LODGE
JL.Baluran, Ds.Sidomulyo
Kec. Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur
Telp. 0338 - 453005Fax. 0338 - 453191
RESTORAN AYAM GORENG KALASAN
JL.Argopuro
Situbondo, Jawa Timur
RESTORAN AYAM GORENG PEMUDA
JL.Basuki Rahmat
Situbondo, Jawa Timur
RESTORAN SRIKANDI
JL.Raya Asembagus
Asembagus, Situbondo, Jawa Timur
Sumber :
kristianhadiwinata
gardu rusak
www.kristianhadiwinata@yahoo.co.id